Selasa, 08 Agustus 2023

URGENSITAS SOSOK PEMIMPIN IDEAL

 

URGENSITAS SOSOK PEMIMPIN IDEAL

I.    PENDAHULUAN

Manusia adalah sumber daya paling berharga dari suatu organisasi atau negara. Tanpa adanya manusia, organisasi bahkan suatu negara tidak akan ada karena manusia adalah penggerak mobilisasi dari suatu organisasi atau negara. Untuk mengendalikan arah dan tujuan dibutuhkan sosok pemimpin yang mempunyai integritas yang kuat. Yang mampu juga menjaga etika dalam perbuatan dan perkataanya baik dalam kehidupan berorganisasi maupun bermasyarakat. Mampu memahami dan mengimplementasikan nilai atau norma yang berlaku sesuai undang-undang dasar 1945 dan Pancasila.

 

Beberapa berita di akhir bulan Juli 2023 diantaranya penetapan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap seorang pimpinan lembaga dan pelanggaran kode etik salah satu anggota DPRD pada saat rapat menjadi viral di media massa maupun media sosial. Hal ini menjadi sorotan karena sangat timpang sekali ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin yang ideal dengan realitas yang terjadi. Permasalahan yang banyak terjadi di masyarakat, seperti pelanggaran etika dan integritas lainnya yang melilbatkan pimpinan organisasi sampai pimpinan daerah atau kementerian dan lembaga dianggap menjadi indikator rendahnya etika dan integritas sosok pemimpin bangsa.  

 

Permasalahan yang dihadapi bangsa, mulai dari ekonomi, kesenjangan sosial, kesiapsiagaan terhadap bencana dan perubahan iklim sampai dengan stabilitas politik, hukum dan keamanan diindikasikan disebabkan karena pemimpin yang kurang memiliki etika dan integritas. Keputusan atau kebijakan yang diberikan cenderung bertentangan dengan norma yang berlaku serta pemahaman tentang pancasila. Perbuatan dan perilakunya tidak dapat menjadi panutan atau role model dimasyarakat, banyak melakukan perbuatan tercela, atau bertentangan dengan norma-norma dimasyarakat. Akibatnya masyarakat yang dipimpin tidak mempunyai kepercayaan terhadap pemimpinnya, yang selanjutnya menimbulkan kegaduhan atau konflik di masyarakat yang tidak mudah diselesaikan. Pemasalahan yang muncul dapat diakhiri jika pemimpin yang baru dapat mengemban atau menjaga kepercayaan masyarakat (rakyatnya). Caranya dengan memiliki dan menerapkan etika dan integritas dalam kepemimpinannya dan menjadikan pancasila sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.

 

II.   ANALISIS MASALAH DAN AKAR PERMASALAHAN

1.  Rendahnya Etika dan Integritas

Etika adalah suatu aturan yang berkaitan dengan sikap perilaku dan tindakan yang berlaku di masyarakat. Etika tumbuh dan berkembang di masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi suatu lingkungan  atau komunitas. Seseorang yang melanggar etika dianggap tidak patuh terhadap peraturan yang berlaku masyarakat. Orang tersebut akan cenderung dikucilkan, tidak dipercaya atau bahkan disingkirkan oleh masyarakat itu sendiri. Etika penting dimiliki oleh seorang pemimpin agar dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat, karena dianggap mampu beradaptasi terhadap peraturan yang berlaku di masyarakat tersebut.

 

Begitupun dengan integritas, yang menunjukan konsistensi ucapan dan perilaku dalam mematuhi peraturan yang berlaku. Orang atau pemimpin yang berintegritas selalu mematuhi peraturan yang berlaku, walaupun digoda dengan uang, kekuasaan, wanita, harta, keluarga, rayuan, harga diri dan seterusnya. Pemimpin berintegritas cenderung bertanggungjawab terhadap ucapan dan perilakunya, sehingga masyarakat sangat percaya terhadap setiap keputusan atau kebijakan yang diambilnya.

 

2.  Rendahnya Pemahaman Nilai Pancasila

Pemimpin yang ideal selain beretika dan berintegritas wajib juga memahami dan mengimplementasi setiap sila-sila Pancasila ;

a.  Sila pertama. Setiap pemimpin harus memiliki dasar agama yang kuat yang menjadikannya seorang yang religius. Agama mengajarkan kita tentang kebenaran dan tidak pernah menyuruh untuk berbuat negatif atau yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Seorang religius kepatuhannya mendasar dalam dirinya (pondasi yang kuat), sangat sulit terpapar godaan dunia (harta, uang, dan wanita). Selalu merasa setiap tindak tanduknya diawasi oleh tuhan, bukan orang atau alat. Selalu mensyukuri atas segela sesuatu yang diterima atau dimilikinya.

b.    Sila kedua. Seorang pemimpin mengakui dan memperlakukan setiap individu sesuai dengan harkat dan martabatnya tanpa membeda-bedakan latar belakang, baik itu agama, suku, ras, maupun jenis kelamin. Memperlakukan semua sama dimata hukum  dan selalu melindungi Hak Asasi Manusia.

c.    Sila ketiga. Pemimpin mampu menjadi pemersatu bangsa. Lebih mementingkan kepentingan umum dibandingan kepentingan pribadi atau golongan. Segala kebijakannya dapat bermanfaat bagi semua dan tidak menimbulkan gejolak dimasyarakat.

d.    Sila keempat. Pemimpin mampu mengakomodir seluruh keinginan atau kepentingan masyarakat untuk kepentingan bersama. Setiap keputusan atau kebijakan diambil dengan cara musyawarah. Setiap orang harus mematuhi hasil musyawarah. Seorang pemimpin yang diberikan kepercayaan harus mampu mewakili rakyatnya dalam memperjuangkan kepentingan rakyat.

e.    Sila kelima.  Pemimpin harus bersikap adil kepada siapapun tampa terkecuali. Keadilan baik dalam bidang hukum, ekonomi, politik dan kebudayaan sehingga terciptanya masyarakat yang adil dan makmur.

 

Seorang pemimpin yang kurang memahami dan tidak mengimplementasikan nilai pancasila cenderung bersikap masah bodoh, acuh bahkan tidak peduli terhadap kondisi sekitarnya.  Kebijakan atau keputusan yang dibuat bertentangan dengan kepentingan rakyat, cenderung atas dasar kepentingan pribadi dan golongan. Tidak takut berbuat dosa apalagi melanggar peraturan yang berlaku. Keputusannya dapat menimbulkan gejolak dan cenderung memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

  

III.        PERAN KEPIMIMPINAN

Pemimpin organisasi atau pemimpin bangsa memiliki kedudukan yang sama sangat vitalnya dalam menentukan arah dan tujuan organisasi atau bangsa. Tanpa adanya orang yang mengatur dan mengarahkan suatu organisasi niscaya organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya sesuai dengan visi dan misinya. Oleh sebab itu, diperlukan figur seorang pemimpin untuk dapat mengelola dan mengatur organisasi untuk mencapai tujuan-tujuannya.

 

Untuk memujudkan kepemimpinan yang ideal demi terwujudnya stabilitas ekonomi, politik, sosial dan hukum diperlukan sosok pemimpin bangsa yang beretika, integritas dan bekerja berlandaskan nilai-nilai pancasila. Mampu berperilaku adil, mementingkan kepentingan umum dibandingkan kepentingan pribadi, sebagai pemersatu bangsa dan selalu berlandaskan ketuhanan yang maha esa. Berkomitmen kuat dan konsisten dalam menegakkan keadilan di masyarakat serta mengambil keputusan berdasarkan musyawarah.

 

Pengawasan pemimpin serta pemberian reward dan punishment dalam suatu program penting juga dilakukan. Seorang atau kelompok yang melakukan pelanggaran hukum akan dikawal prosesnya untuk memastikan yang bersangkutan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Seorang pemimpin tidak melindungi atau bahkan membekengi kegiatan yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku. Memberikan bantuan sosial seperti, sandang, pangan bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan. Memberikan penghargaan bagi ASN, TNI Polri, atau masyarakat yang berjasa terhadap pembangunan bangsa.  Bersikap netral dalam politik dan aktif dalam penegakan hukum demi mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

 

Selain berorientasi bagi perbaikan diri sendiri, pemimpin yang ideal juga akan mengambil langkah untuk keberlanjutan kepemimpinan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Kebijakan rekruitmen calon pemimpin organisasi juga penting, harus berdasarkan nilai-nilai pancasila. Calon pemimpin yang terseleksi dengan baik, sesuai dengan kompetensinya dan kemampuan emosionalnya akan memberikan hasil yang terbaik  untuk kemajuan organiasasi. Sebaliknya, calon pemimpin yang dipilih bukan berdasarkan kompentensi, namun karena kepentingan kelompok atau perorangan cenderung bersikap dan berprilaku bertentangan dengan nilai atau norma yang ada.  

 

Sumber Referensi :

https://nasional.kompas.com/read/2023/07/27/13033771/kepala-basarnas-diduga-akali-lelang-mahfud-makanya-ditangkap

https://www.detik.com/sumut/hukum-dan-kriminal/d-6841971/cinta-mega-dipecat-dari-dprd-dki-jakarta-buntut-main-judi-slot-saat-rapat